Aku masih disini,
ditempat yang dulu. Tempat dimana aku mengenalmu, dan dimana aku melepasmu.
Aku tak akan pergi, cinta. Aku bertahan. Walau diterpa oleh apapun aku akan bertahan.
Disini tempat yang paling nyaman, tempat dimana merasakan terbang dan terjatuh.
Aku tak akan pergi, cinta. Aku bertahan. Walau diterpa oleh apapun aku akan bertahan.
Disini tempat yang paling nyaman, tempat dimana merasakan terbang dan terjatuh.
Mengapa kamu
pergi, cinta? Aku bisa bertahan, mengapa kamu tidak? Aku sekarang merasakan
kelaparan, kedinginan dan seperti manusia yang tak ter-urus. Kelaparan, itu
setelah kamu pergi. Kedinginan, setelah kamu sudah tidak peduli. Manusia yang
tak ter-urus, selayaknya sudah tidak ada yang memberi perhatian.
Mengapa kamu
pergi, cinta? Aku masih membutuhkanmu, sepeti bayi yang membutuhkan kasih
sayang dari ibunya. Setelah kamu pergi, aku seperti bayi yang ditinggalkan oleh
ibunya. Tak berdaya, dan tak bisa apa-apa. Aku pun masih menginginkanmu,
seperti bayi yang menginginkan asi dari ibunya supaya tumbuh sehat dan kuat.
Mengapa kamu
pergi, cinta? Bisakah kita selesaikan masalah ini dengan ketenangan? Ketenangan
yang membutuhkan kesebaran. Setelah kamu pergi, semua masalah akan
terselesaikan dengan begitu saja? Tidak, cinta. Mengapa kamu pergi? Kembalilah.
Aku masih membutuhkanmu.
“Gak tau lebih
sakitan mana, antara kita menjalani hubungan seperti ini. Atau kehilangan
kamu.”
Kamu masih ingat
kata-kata itu? Sekarang sudah terjawab. Kehilangan kamu jauh lebih sakit
dibandingkan menjalani hubungan denganmu.
Kita, menjalani
suatu hubungan seperti memegang tangkai mawar. Penuh luka.
Luka yang
disebabkan oleh kesalah pahaman, kecemburu-an, dan kecuriga-an. Bukan kah kita
saling percaya? Mengapa bisa begitu? Semua berawal dari kesalah pahaman yang
berlanjut kecemburu-an dan ber-akhir kecuriga-an. Dan itu semua salahku.
Aku sayang sama
kamu, tapi aku kadang tak suka sama sifat kamu yang kadang berubah-ubah. Aku masih bersyukur,
karna yang berubah-ubah itu sifat. Coba rasa sayang yang berubah-ubah, hmm
entah deh.
Sifat cuek, dan
jutek kamu itu sering muncul tanpa sebab. Dari situlah aku mulai mempunyai
pikiran negative. Sebenarnya ini semua salah siapa? Aku yang gak sadar akan ke
cuek-an dan ke jutek-an kamu, apa memang kamu cuek dan jutek karna ada hal yang
membuat kamu untuk mengingat ke masa lalu? Aku butuh penjelasan. Bukan
perpisahan.
Kembali lah,
janganlah kamu gelapkan lagi kamar yang sudah terang. :”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar